Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
PAI
makmammhuwgugw
OLEH :
SRI ASTUTI
(15. 02. 0007)
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : PAI
SEMESTER : V-1
DOSEN PENGAMPUH :
ATIKAH HIRANI NASUTION, M.Pd
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
PEMATANGSIANTAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang ”Prilaku
Husnuzan”.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Pematangsiantar, November 2017
Penulis
Sri Astuti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Fadhilah dan
manfaat......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A. PENGERTIAN PERILAKU HUSNUZAN....................................................... 3
B. CONTOH-CONTOH PERILAKU HUSNUZAN............................................. 3
1. Husnuzan tehadap Allah SWT..................................................................... 3
2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri................................................................... 5
3. Husnuzan terhadap sesama Manusia............................................................ 7
BAB II PENUTUP...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan baik
antara manusia yang satu dengan yang lain, dan khususnya antara muslim yang
satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang harus diupayakan dengan
sebaik-baiknya.
Hal ini karena
Allah SWT telah menggariskan bahwa mu’min itu bersaudara (QS 49: 10). Oleh
sebab itulah segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkokoh dan
memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala
bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Dan agar
hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat
positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan (berbaik sangka).
Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu
yang terkait dengan pribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus
melakukan tabayyun (pengecekan) terlebih dahulu sebelum mempercayai apalagi
meresponnya secara negatif, Allah SWT berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu." (QS 49:6).
B.
Fadhilah Dan
Manfaat
Ada banyak nilai
dan manfaat yang diperoleh seorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzh zhan
kepada orang lain.
·
Pertama
Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik,
hal ini karena berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari
terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonisan hubungan akan semakin terasa
karena tidak ada kendala-kendala psikologis yang menghambat hubungan itu.
·
Kedua
Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
Karena buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang
lain tanpa bukti yang benar, sebagaimana difirman Allah dalam Al-Qur'an (49: 6)
di atas.
·
Ketiga
Selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang
lain, meskipun kita sendiri belum bisa mencapainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PERILAKU HUSNUZAN
Husnuzan artinya berbaik sangka, lawan
katanya adalah suuzan yang artinya berburuk sangka. Berbaik sangka dan berburuk
sangka merupakan bisikan jiwa, yang dapat diwujudkan melalui perilaku yakni
ucapan dan perbuatan. Perilaku husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan
mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku suuzan termasuk akhlak tercela karena
akan mendatangkan kerugian.
Sungguh tepat jika Allah SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka.
Sesuai dengan firman-Nya padasurat Al-Hujurat ayat 49 yang artinya:
“Jauhkanlah dirimu
dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta
pembicaraan (yakni jaukan dirimu dari sesorang berdasarkan sangkaan saja).”
(H.R BUKHARI DAN MUSLIM)
B. CONTOH-CONTOH PERILAKU HUSNUZAN
- Husnuzan tehadap Allah
SWT
Husnuzan
terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat
kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.
Husnuzan
terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda beriman
kepada-Nya.
Diantara
sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka pada
Allah SWT ialah syukur dan sabar.
- Syukur
Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya
terima kasih. Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah
SWTdan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap,
dan perbuatan.
Nikmat karunia Allah SWT sangat banyak dan
bermacam-macam. Ada nikmat yang terdapat dalam diri manusia itu
sendiri, dan ada pula yang berasal dai luar diri manusia, ada nkmat yang
besifat jasmani dan ada pula yang bersifat rohani.
·
Nikmat karunia Allah yang
bersifat jasmani dan terdapat dalam diri manusia, seperti pancaindra, bentuk,
dan susunan tubuh manusia yang lebih sempuna dari hewan sehingga manusia bisa
berlari cepat seperti kijang, memanjat seperti kera, dan berenang seperti ikan.
Sungguh tepat apa yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an:
·
Nikmat Allah yang
bersifat rohani, sebagai anugerah Allah SWT yang tidak ternilai harganya,
antara lain roh, akal, kalbu, dan nafsu.
·
Demikian juga
nikmat-nikmat karunia Allah SWT yang terdapat di luar diri manusia sungguh
sangat banyak dan tidak ternilai harganya. Nikmat-nikmat misalnya air, api,
berbagai jenis makanan dan buah-buahan, aneka macam barang tambang, daratan,
lautan, dan angkasa raya. Itu semua memang disediakan Allah SWT untuk
kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.
·
Jika umat manusia
menghitung-hitung nikmat karunia Allah SWT, tentu tidak akan mampu
menghitungnya (lihat dan pelajari Q.S Ibrahim, 14: 34 dan Q.S Al-Baqarah, 2:
152).
·
Cara bersyukur kepada
Allah SWT ialah dengan menggunakan segala nikmat karunia Allah SWT untuk
hal-hal yang diridai-Nya, yaitu:
·
Bersyukur dengan hati
ialah mengakui dan menyadar bahwa segala nikmat yang diperoleh manusia,
merupakan karuni Allah SWT semata dan tidak ada selain Allah SWT yang dapat
memberikan nikmat-nkmat itu.
·
Bersyukur dengan lidah
seperti membacaAlhamdulillah (segala puji bagi Allah), mengucapkan
lafal-lafal zkir lannya, membaca Al-Qur’an, dan melaksanakan akmar makuf nahi
mungkar.
·
Bersyukur dengan amal
perbuatan, misalnya mengerjakan salat, menunaikan ibadah haji jika mampu,
berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat baik pada sesama manusia.
·
Bersyukur dengan harta
benda, misalnya dengan jalan membelanjakan harta benda itu untuk hal-hal yang
bemanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
- Sabar
Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua
situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan situasi sedih
atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia itu berada dalam situasi
senang hendaknya ia bersyukur, dan bila berada dalam situasi susah hendaklah ia
bersabar.
Setiap Muslim/Muslimah yang beprasangka baik pada Allah SWT, apabila
dikenai suatu musibah seperti sakit, bencana alam dan gagal dalam suatu usaha,
tentu akan bersabar. Ia tidak akan gelisah dan berkeluh kesah apalagi beputus
asa, karena ia menyadari bahwa musibah-musibah itu merupakan ujian dari Allah
SWT. (Lihat dan pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2: 155-157 dan Q.S. Yusuf, 12: 87)
Seseorang
dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya tatkala ia mengalami kegagalan
dalam suatu usaha, ia menduga Allahlah penyebab kegagalannya, Allah mendengar
doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang negatif
terhadap Allah SWT. Padahal Allah SWT itu Maha Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT
tidak menyuruh hamba-Nya untu gagal dalam suatu usaha. Oleh karena itu, jika
seseorang gagal dalam suatu usaha, ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT. Ia
harus mengntrospeksi diri, mungkin kegagalan itu karena usahanya belum
dilakukan secara sungguh-sungguh. Kegagalan dalam suatu usaha, hendaknya
dijadikan pelajaran, agar pada masa mendatang tidak mengalami hal serupa.
2.
Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku terpuji terhadap diri sendiri
yaitu percaya diri, gigih dan berinisiatif.
a. Percaya Diri
Percaya
diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap
Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap
kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula
melakukan suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan
memiliki keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan
memperoleh keberhasilan dalam hidup.
Seseorang
yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan apabila tidak percaya diri tentu
akan memperoleh kerugian dan mungkin bencana. Muslim/Muslimah yang percaya diri
akan melaksanakan kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya menjaga
kesehatan jasmani dan rohani serta memelihara diri agar tidak dikenai suatu
bencana.
b. Gigih
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa katagigih bahasa Minangkabau
yang artinya berkeras hati, tabah, dan rajin. Gigih juga dapat diartikan
bersungguh-sungguh dalam meraih sesuatu. Sikap dan perilaku gigihdalam
meraih yang positif termasuk sikap mahmudah (sikap terpuji)
dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan muslimah wajib memiliki
sikap gigih. Sikap gigih hendaknya diterapkan dalam kehidupan antara lain dalam
hal berikut:
1)
Ibadah
2)
Menuntut ilmu
Ilmu
pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu pengetahuan tentang
agama Islam (‘ilm hal) dan ilmu pengetahuan umum (‘ilm gairu hal).
Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup kepada umat
manusia.
Ilmu
pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat memanfaatkan, menggali, dan mengolah
kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut maupun yang ada di angkasa
raya. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Kebaikan/kebahagiaan
di dunia dan di akhirat beserta ilmu dan keburukan/bencana di dunia dan di
akhirat beserta kebodohan.”(H.R Bukhari)
3)
Bekerja mencari rezeki yang halal
Bekerja
mencari rezeki yang halal dapat dilakukan melalui berbagai bidang usaha,
misalnya pertanian, peternakan, dan perdagangan. Bekerja dalam bidang apa pun
hendaknya dilakukan dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat
ikhlas karena Allah SWT, untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Dengan cara
seperti itu maka akan diperoleh hasil kerja yang optimal. Islam melarang
umat-Nya bermalas-malasan dan menjadi beban orang lain. Rasulullah SAW
bersabda:
Artinya: “Bekerja
mencari rezeki yang halal itu wajib bagi setiap Muslim.”(H.R. Tabrani)
4)
Berinisiatif
Kata inisiatif berasal
dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa atau langkah
pertama. Inisiatif juga berarti berbuat yang sifatnya produktif (
memiliki etos kerja yang tinggi) dan tidak tergantung kepada orang lain. Islam
mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tingi. Seseorang yang
memiliki inisiatif disebut inisiator.
Inisiatif dalam hal positif merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki
oleh setiap orang muslim dan muslimah. Muslim/Muslimah yang berprasangka baik
terhadap dirinya, tentu akan berkeyakinan bahwa dirinya mampu berinisiatif yang
positif dalam bidang yang ditekuninya dan sesuai dengan keahliannya. Firman Allah swt:
Artinya: “Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”(Q.S. An
Najm[53]: 39
3.
Husnuzan terhadap sesama Manusia
Husnuzan
merupakan sikap mental terpuji, yang mendiring pemiliknya untuk bersikap,
bertutur kata, dan berbuat yang baik dan bermanfaat.
Perwujudan
dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga
dan bermasyarakat.
a.
Kehidupan berkeluarga
Untuk mewujudkan rumah tangga yang
memperoleh rida dan rahmat Allah swt , bahagia dan sejahtera, baik di dunia
maupun di akhirat.
ü
Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka
baik dan tidak saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban
masing-masing dengan sebaik-baiknya.
ü
Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan
prasangka baik dan saling pengertian.
ü
Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.
ü
Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar
anak bisa mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
b.
Kehidupan bertetangga
ü
Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap,
ucapan lisan dan perbuatan. Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda
dari manusia beriman:
“Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menghormati
tetangganya.” (H.R. Muslim)
ü
Berbuat baik pada tetangga dengan cara melakukan
kewajiban terhadap tetangga dan perbuatan lainnya yang bermanfaat.
“Tidak akan masuk
surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya.”(H.R.
Muslim)
c.
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Tujuan
dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya
kehidupan yang aman, tenteram, adil dan makmur, dibawah ampunan dari ridha
Allah SWT. Hal ini bisa ditempuh dengan saling berprasangka baik dan
berperilaku terpuji.
1)
Generasi tua menyayangi generasi muda, yaitu dengan
membimbing mereka agar kualitas hidupnya dalam berbagai bidang positif melebihi
generasi tua. Generasi muda hendaknya menghormati yang tua dengan bersikap,
berkata dan berperilaku yang bermanfaat.
“Bukan dari
golongan kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak
menghormati yang tua.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim)
2)
Saling tolong-menolong dalam kebaikan serta ketakwaan
dan jangan saling menolong dalam dosa serta pelanggaran. (lihat Q.S.
Al-Maidah, 5: 2)
o Pemerintah
dan rakyat dari golongan mampu saling bekerja sama untuk mengetaskan
kemiskinan.
o Pemerintah
dan masyarakat bekerja sama dalam memberantas kejahatan dan kemungkaran yang
terjadi di lingkungan masyarakat.
C.
MEMBIASAKAN
DIRI BERLAKU HUSNUZAN
Setiap Muslim/Muslimah, hendaknya
membiasakn diri dengan berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, terhadap diri
sendiri maupun terhadap sesama manusia.
Seorang
Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, tentu akan
senantiasa bertakwa kepadanya, di mana pun dan kapan pun dia berada.Ia akan
selalu bersyukur pada Allah SWT bila berada dalam situasi yang menyenangkan dan
akan senantiasa bersabar bila berada dalam keadaan yang menyusahkan.
Seorang
Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap dirinya sendiri, tentu akan
membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi
dirinya, seperti percaya diri, gigih, dan banyak berinisiatif yang positif.
Demikian
juga, setiap Muslim/Muslimah hendaknya membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan
terhadap manusia,baik dalam kehidupan berkeluarga dan bertetangga, maupun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Insya
Allah, jika setiap Muslim/Muslimah dan setiap anggota masyarakat, telag
membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan dalam kehidupan sehari-hari, mereka
akan memperoleh kebaikan-kebaikan yang banyak.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Husnuzan
artinya berbaik sangka, lawan katanya adalah suuzan yang artinya berburuk
sangka. Berbaik sangka dan berburuk sangka merupakan bisikan jiwa, yang dapat
diwujudkan melalui perilaku yakni ucapan dan perbuatan. Perilaku husnuzan
termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku
suuzan termasuk akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian.
Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan
segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.
Menurut
pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih.
Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWTdan pengakuan
yang tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.
Nikmat karunia
Allah SWT sangat banyak dan bermacam-macam. Ada nikmat yang terdapat
dalam diri manusia itu sendiri, dan ada pula yang berasal dai luar diri
manusia, ada nkmat yang besifat jasmani dan ada pula yang bersifat rohani.
Ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu pengetahuan
tentang agama Islam (‘ilm hal) dan ilmu pengetahuan umum (‘ilm gairu
hal). Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup kepada
umat manusia.
Kata inisiatif berasal
dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa atau langkah
pertama. Inisiatif juga berarti berbuat yang sifatnya produktif (
memiliki etos kerja yang tinggi) dan tidak tergantung kepada orang lain. Islam
mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tingi. Seseorang yang
memiliki inisiatif disebut inisiator.
DAFTAR PUSTAKA
http://aljaami.wordpress.com/2011/03/25/husnuzhan-berbaik-sangka/
http://artikelkita.blogspot.com/2005/02/sebelum-su-uzhan-habisin-dulu.html
http://hbis.wordpress.com/2008/12/04/husnuzhzhanprasangka-positif/
http://jumudin.blogspot.com/2008/12/pendidikan-agama.html
http://id.scribd.com/doc/47337331/Contoh-contoh-Perilaku-Husnuzan
http://uginkosalihya.wordpress.com/category/membiasakan-perilaku-terpuji/
http://www.duniaremaja.net/catatan/pengertian-perilaku-husnuzhan.html
http://www.duniaremaja.net/catatan/pengertian-perilaku-husnuzhan-menurut
ensiklopedia.html
http://hartonosmandagpai.blogspot.com/2011/10/sifat-terpuji-kls-x.html